بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Laman ini saya poskan berdasarkan sumber “Ta’klim Muta’klim” . kita sebagai
pelajar ataupun sebagai penuntun ilmu tentunya kita harus menata niat kita
ketika akan belajar ataupun menuntun suatu ilmu ( kebaikan ). Karena niat
adalah: pokok dari segala ibadah. Nabi muhammad saw. Bersabda: “semua amal
itu tergantung pada niatnya.” Hadis sahih.
كَمْ مِنْ عَمَلِ
يُتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيٰا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَّةِ مِنْ
اَعْمَالِ الْآخِرَةِ. وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يُتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ اَعْمَالِ الْآخِرَةِ
ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ اَعْمَالِ
الدُّنْيٰا بِسُوْٓءِ النِّيَّة
Rasulullah bersabda, “banyak
perbuatan atau amal yang tampak dalam bentuk amalan keduniaan, tapi karena
didasari niat yang baik ( ikhlas ) maka menjadi atau tergolong amal – amal
akhirat. Sebaliknya banyak amalan yang sepertinya tergolong amal akhirat,
kemudian menjadi amal dunia, karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas)”.
Niat seorang pelajar
dalam menuntut ilmu itu harus ikhlas mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan
ilmu akhirat menghilangkan kebodohan dirinya,
dan orang lain menghidupka agama dan melestarikan Islam. Karena Islam
itu akan tetap lestari jikalau pemeluknya berilmu.
Zuhud dan takwa tidak akan sah tanpa disertai dengan
ilmu. Syeh Burhanuddin mensyairkan sebuah syair dari ulama berikut;
“Orang yang tekun,
beribadah tapi dia bodoh, itu bahanya lebih besar daripada orang alim tapi
durhaka. Keduanya adalah penyebab fitnah dikalangan umat, yaitu bagi orang –
orang yang menjadikan mereka sebagai penuntun dalam urusan agama.”
Dalam menuntut ilmu
kita juga harus didasari “Niat” untuk mensyukuri nikamat akal dan kesehatan
badan, jangan sampai timbul niat hanya semata untuk dihormati oleh masyarakat,
untuk mendapatkan harta dunia, atau agar mendapatkan kehormatan dihadapan
pejabat atau lainnya.
Muhammad bin Hasan
berkata; “ Andaikata seluruh manusia menjadi budakku, pasti akan
kumerdekakan semuanya dan akan kubebaskan diriku dari mereka.”
Syeh Imam Hammad bin
Ibrahim bin Ismail AssyafarbAl Ansari membacakan akan syairnyya kepada Abi
Hanifah;
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمِ
لِلْمَعَادِ ٭ فَازَ بِفَضْلِ مِنَ الرَّشَادِ
فَيَا لِخُسْرَانِ
طَالِبِهٖ ٭ لِنَيْلِ فَضْلِ مِنَ الْعِبَادِ
“Barang siapa menuntut ilmu untuk akhirat, tentu ia akan
memperoleh anugerah kebenaran. Dan kerugian bagi orang yang menuntut ilmu yang
hanya karena mencari kedudukan di masyarakat.”
Tentunya boleh menuntut ilmu dengan niat dan upaya mendapat kedudukan di
masyarakat kalau kedudukan tersebut digunakan untuk Amar ma’ruf nahi
mungkar, dan untuk melaksanakan kebenarannya serta untuk menegakkan agamAllah. Dan bukan semata untuk mencari keuntungan diri sendiri, dan juga bukan
karena hawa nafsu.
Sebuah syair berkata:
هِيَ الدُّنْيَا
اَقَالُّ مِنَ الْقَلِيْلِ ٭ وَعَا شِقُهَا
اَذَلٌّ مِنَ الذَّ لِيْلِ
تُصِمُّ بِسِحْرِهَا
قَوْمًا وَتُعْمِى ٭ فَهُمْ مُتَحَيِّرُونَ
بِلَا دَلِيْلِ
“Dunia ini lebih sedikit dari yang sedikit, orang – orang yang
terpesona padanya adalah orang yang paling hina. Dunia dan isinya adalah sihir
yang dapat menulikan dan membutakan, Mereka kebingungan tanpa petunjuk.”
- Tawadhu’kadalah salah satu sifat orang yang bertakwa. Dengan bersifat seperti ini orang yang takwa akan semakin tinggi martabatnya. Yang aneh adalah tentang Ujubnya orang yang tidak tahu keadaan dirinya apakah ia termasuk orang yang beruntung atau orang yang celaka. Atau bagaimana akhir umurnya, atau apa tempat kembalinya pada hari kelak nanti ( kiamat ), kenerakakah atau kesurga. Sedang yang berhak memiliki sifat sombong adalah Khusus Allah SWT, maka hindarilah bersifat demikian, karena Allah sangat memurkakan orang yang bersifat sombong.
Semoga bermaamfaat buat hamba Allah Sekalian.. aminn..
Sumber: A’lim muta’klim
terima kasih kawan.
ReplyDeleteilmu@ sngat bermanfaat..
Jazakallah khairon katsiro...
ReplyDeletetrims yea sobat tas knjungannya :)
Delete