بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Pada suatu masa dahulu kala ada seorang pemuda yang dia kaya
akan harta dari peninggalan orang tuanya. Dan ketika itulah juga panggilan
jihat fisabilillah telah sampai ke kampung tersebut. Salah seorang dari pada mereka
yang datang itu membacakan sepotong ayat Al-Quran untuk menaikkan semangat
orang – orang yang berperang dijalan Allah yang sudah berkumpul untuk berjihad
bersama – sama. Ayat itulah dari surat At – Taubah ayat : 111, artinya;
“sesungguhnya Allah telah membeli dari orang – orang
mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka.
Pemuda yang kaya itu lalu bertanya sekali lagi:
“ Benarkah Allah membeli dari orang – orang mukmin akan
diri dan harta mereka dengan Surga untuk mereka ???” “Ya, Benar wahai anak
muda”. Kata anak laki – laki yang kaya itu, kemudian anak muda yang kaya
itu melanjutkan lagi : “kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku
mulai sekarang aku jual dengan Surga.”
Kemudian pemuda yang kaya itu menyerahkan semua harta
kekayaan peniggalan ayahnya untuk disedekahkan bagi pejuang dijalan Allah. Yang
tinggal padanya hanya kuda dan pedang sahaja. Ketika tiba waktunya berangkat ke
medan perang, ternyata pemuda itulah yang datang lebih awal. Dalam perjalanan kemedan perang pemuda itu pula berpuasa di
siangnya dan bangun beribadat pada malam harinya. Dia juga rajin dalam mengurus
serta menyediakan unta dan kuda – kuda tunggangan para pejuang serta sering
pula menjadi pengawal ketika semua tentara sedang tidur.
Disaat hampir sampai ketempat musuh, tiba – tiba pemuda itu
berteriak dan maju kehadapan medan perang. “ Ayoooooo, aku ingin segera
bertemu dengan Ainul Mardiyah.” Kata pemuda tersebut dengan penuh semangat. Para tentara merasa heran melihat kelakuan si pemuda itu yang
penuh semangat untuk berperang tetapi dia juga dalam waktu yang bersamaan dia
teringat akan seorang wanita yang di panggilnya “Ainul Mardiyah” itu.
Salah seorang dari tentara itu bertanya: “Siapakah Ainul Mardiyah itu ??
apakah dia kekasih mu ? “
Pemuda itu lantas menjawab: “tadi sewaktu aku sedang
tidur, aku telah bermimpi. Yang bahwa seseorang telah datang dan mengajakku
memasuki sebuah taman yang amat cantik. Taman itu kelihatan sungai – sungai
yang mengalir jernih dibawahnya dan kelihatan pula bidadari – bidadari yang
mengenakan perhiasan yang indah.
Ketika mereka melihat kedatanganku, mereka sangat gembira
sambil berkata bahwa akulah suami Ainul Mardiyah. Aku lantas bertanya manakah
satu diantara mereka yang bernama Ainul Mardiayah. Lalu mereka menjawab
bahwa mereka adalah pembantunya dan meminta aku meneruskan langkahku”.
“Akhirnya akupun sampai pada suatu kemah yang terbuat dari
mutiara yang berwarna putih. Dipintu kemah itu terdapat seorang bidadari yang
begitu gembira apabila melihat kedatanganku. Lalu dia memanggil seseorang
didalam kemah yaitu seorang yang bernama Ainul Mardiyah dan memberitahu bahwa
aku sebagai suaminya telah datang.”
“Ketika aku dipersilakan masuk, aku melihat seorang bidadari
yang sangat cantik sedang duduk diatas sebuah sofa emas yang ditaburi oleh
permata. Waktu aku mencoba untuk mendekati, dia menyuruhku bersabar karena aku
belum lagi diizinkan menyentuhnya. Ini disebabkan rohku masih Alam dunia dan
rohnya pula di Alam surga.”
“Ketika itulah aku terbangun dan menyebabkan aku seperti ini
wahai sahabatku sekalian. Aku sudah tida sabar lagi untuk bertemu dengan Ainul
Mardiyahku.”
Maka tidak lama selepas itu berlakulah pertempuran yang
sengit antara mereka dengan musuh. Pemuda itu begitu bersemangat merempuh
dengan membunuh begitu ramai tentara musuh. Akhirnya mereka telah mencapai
kemenangan yang besar.
Walaupun begitu ramai tentara islam yang syahid. Salah
seorang daripadanya ialah pemuda yang kaya tersebut. Di seluruh tubuh badannya
terdapat banyak kesan tikaman dan tusukan pedang menandakan bahwa dia seorang
yang begitu gagah dan bersemangat menentang musuhnya. Namun begitu diwajahnya
kelihatan sebuah senyuman seolah – olah dia dalam kebahagiaan yang di
impikannya itu yaitu untuk bertemu dengan isterinya di Surga yang bernama “AINUL
MARDIYAH”.
Sumber kisah: Othman Ramli
Subbahaanallah.,
ReplyDeletecerita yang bagus gan., semoga bisa membuat kita termotivasi semmua.,
Aamiin.,:)
Tanpa disadari mungkin, perang sedari dulu setelah lumpuhnya masa jaya Islam, perang telah dimulai kembali. Pernah Saya mendengar atau membaca Rasulullah memberikan masukkan kepada para sahabatnya "sesungguhnya setelah perang badar ini, masih ada perang-perang yang lebih besar lagi, sahabat bertanya perang apakah itu wahai Rasulullah?, nabi Muhammad saw menjawab (Perang melawan hawa nafsu)"
ReplyDelete:),, bener sangat tu bang,,
Deletememang itu yang susah kita untuk memusnahkannya,,
trims yea buat all ni :)