بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sejak islam pertama kalisampai ke Aceh, Ulama telah
memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan Rakyat Aceh. Dalam hal
ini, sejumlah ahli memandang bahwa faktor jaringan Ulama dari “Haramayn”
telah membarikan warna intelektual di Aceh. Kehadiran mereka saat itu, juga
sangat diharapkan oleh masyarakat guna mengajar mereka ajaran – ajaran islam.
Disamping itu para Ulama juga menjadi penasehat para Raja. Dengan begitu,
segala keputusan mereka akhirnya menjadi kebijakan kerajaan dalam bidang agama.
Hingga saat sebelum kedatangan penjajah dari benua
Eropa,Ulama di Aceh telah dijadikan sebagai panutan dalam pengembangan tradisi
keilmuan islam. Karena itu tidak sedikit dari mereka yang kemudian menyebarkan
ajaran islam kedaerah lain seperti ; padang dan pulau jawa. Diaspora ini tentu
saja kemudian mengakibatkan Aceh semakin dikenal luas oleh masyarakat
nusantara. Bukan hanya disitu, karya – karya Ulama yang tinggal di Aceh juga
dijadikan sebagai bahan rujukan dalam tradisi keilmuan Islam Nusantara. Denagn
demikian, pada tradisi masa lalu para Ulama Aceh telah memberikan dasar – dasar
bagi pengembangan ilmu pengetahuan Islam.
Lebih dari itu, mereka juga secara aktif terlibat dalam
upaya menghalangi penjajah asing yang datang ke Aceh. Keterlibatan mereka pada
urutannya memberikan spirit tersendiri bagi pengalaman ajaran – ajaran islam di
kalangan masyarakat Aceh.
Selanjutnya, pada masa – masa setelah kemerdekaan, para
Ulama aceh juga tidak ketinggalan dalam memberikan kontribusinya bagi
Indonesia. Dari mereka kemudian muncul cikal bekal Majlis Ulama Indonesia ( MUI
) yang sampai sekarang ini masih eksis di jakarta dengan kantor perwakilannya
di seluruh penjuru indonesia. Lembaga ini ternyata telah memainkan peran
penting dalam memberikan fatwa – fatwa bagi persoalan yang dihadapi oleh umat
Islam. Oleh sebab itu, jasa para Ulama Aceh ini kemudian dapat disarankan oleh
seluruh umat islam di indonesia. Karena itu, tidak dapat disangkal lagi, bahwa
agenda para ulama Aceh pada masa lalu telah memberika infak bagi pemberdayaan
umat Islam di Aceh, dan secara umum bagi Indonesia.
Kendati demikian, pergulatan ulama di Aceh telah
menentukan beberapa fragmentasi yang cukup merugikan daerah ini. Proses
distorsi peran ulama ini di mulai ketika Aceh menjadi bagian Republik
Indonesia. Ulama mulai diarahkan kembali ke dayah dan tidak dilibatkan dalam
proses sosial – politik Aceh. Era ini ditandai dengan kebangkitan peran “Ulee
balang” dan sejumlah elit politik yang terlibat dalam membina hubungan Aceh
dan jakarta. Akibatnya, banyak para ulama Aceh yang tidak lagi mempercayai
janji – janji pemerintah RI hingga mereka kemudiannmelakukan pemberontakan
terhadap RI. Pemberontakan ini kemudian semakin mempertegas posisi ulama di
Aceh tidak boleh dilibatkan dalam politik. Keneyataan ini seakan – akan
membenarkan tesis C. Snouck Hurgronje bahwa untuk menguasai Aceh, para ulama
harus dipisahkan dari kalangan umara. Dengan kata lain, pemerintahan dibiarkan
di urus oleh para elit saja. Sedangkan ulama hanya di posisi sebagai pengawal
masyarakat.
Fenomena ini kemudian semakin terasa pada pemerintah Orde
Baru dimana sebagian ulama di Aceh hanya menjadi alat legitimasi doktrinal
partai tertentu dalam memenangi pemilihan umum di Aceh. Kenyataan ini seolah –
olah ingin memposisikan ulama sebagai alat kepentingan pemerintah. Sebab, para
era Orde Baru, ulama yang dekat dengan pemerintah akan menuai bantuan,
sebaliknya yang tidak dekat, akan mendekam dalam penjara atau di culik oleh
oknum. Karena itu, pada masa Orde Baru, ulama Aceh lebih kepada kelompok ulama
yang dapat didekati oleh pemerintah. Sehingga segala kebijakan yang menyangkut
kepentingan pemerintah hampir selalu mendapat respon positif dari ulama Aceh.
Untuk mengakhiri bagian ini saya ingin mengutip suatu gazal
Aceh :
Ulama
jameun pijuet – pijuet
Gadoh
khaluet baca do’a
Ulama
jino tumbon – tumbon
Gadoh
ek tron rinyeun istana
Arti :
Ulama zaman dahulu kurus –
kurus
Asyik sibuk – berkhalwat dan
membaca do’a
Ulama sekarang gemuk – gemuk
Asik sibuk naik turun tangga
istana
Sumber:
M Hasbi Amiruddin
Makasih sob.!
ReplyDeletekembali kasih.... :)
Deleteok sob,,,,,,,????
ReplyDeleteada lagi sejarah2 aceh laen,,
di pos kan lage..????
This comment has been removed by a blog administrator.
DeleteinsyaAllah akan saya usahakan sohibb :)
DeleteMenarik ni cerita'a . . .
ReplyDeletesemoga jadi panutan yang baik buat manusia sekalian alam . . .
amien . . .