بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Pada zaman dahulu ada sepasang suami isteri yang hidup di
sebuah kampung. Mereka hidup didalam suasana aman dan tentram, walaupun tidak
di karuniakan bagi mereka akan anak. Walaupun hidup mereka miskin tetapi mereka
merupakan pasangan yang sangat taat kepada perintah Allah. Mereka sangat tekun
melakukan ibadah kepada Allah disamping meninggalkan segala perkara yang
dilarang.
Pada suatu hari lelaki itu keluar dari rumahnya dengan
tujuan untuk mencari pekerjaan. Seketika dalam perjalanan kesebuah pekan yang
dekat dengan tempat tinggalnya, lelaki itu meliahat sekumpulan manusia yang
sedang mengerumuni sebatang pohon yang besar. Mereka kelihatannya sedang
menyembah pohon besar tersebut. Seolah – olah itu tuhan yang akan memberikan
kehidupan yang lebih baik kepada mereka.
“ini suatu yang salah, ini perbuatan syirik. Aku harus
melakukan sesuatu untuk menyadarkan mereka.” Kata lelaki itu dengan penuh rasa
bertanggung jawab untuk menyelamatkan akidah penduduk disitu.
Kemudian lelaki itu pulang kembali kerumahnya dengan tujuan
untuk mengambil sebuah kapak. Dia mau menebang pohon besar tersebut supaya
perbuatan syirik yang mereka lakukan dapat terhentikan. Dengan itu sudah tentu
mereka akan balik menyembah Allah seperti mana biasanya.
Setelah mengambil kapak, lelaki itu kembali lagi ke tempat
mereka melakukan perbuaan syirik tersebut. Di pertengahan jalan lelaki itu
bertemu seorang lelaki yang berbadan besar. Ternyata lelaki yang dia jumpai di
tengah perjalanan itu adalah iblis yang menyerupai dirinya sebagai manusia.
Lelaki iblis itu telah menghalang perjalanannya untuk menebang phon besar itu.
Dia bertanya: “hai saudara, kemana kamu hendak pergi
dengan kapak mu itu ? , lelaki itu menjawab: “aku mau ke pohon besar
itu,yang di tempat orang berkumpul menyembahnya, aku mau manghapuskan
kesyirikan yang mereka lakukan dengan memotong pohon besar tersebut.”
“mengapa pula kamu sibuk – sibuk untuk menghalang mereka.
Bukannya kamu tidak punya hungan apa – apa dengan mereka, jika mereka syirikpun
bukannya kamu tidak rugi apa – apa, lebih baik kamu pulang sajalah.”
Laki – laki itu tetap pada tujuannya:” tidak, aku tetap akan
menebang pohon itu, kesyirikan ini harus dimusnahkan.” Jawab lelaki itu denagn
tegas. “lebih baik kamu pulang saja, dan jangan kamu teruskan
pekerjaanmu itu !” bentak iblis dengan penuh kemarahan.
“Ahh tidak, aku tetap akan menebang pohon itu!”
Masing-masing tidak mau mengalah, mereka tetap pada
pendirian mereka masing-masing, lalu terjadilah pertengkaran yang sangat sengit.
Walaupun badan lelaki itu lebih kecil daripada si iblis tersebut, namun lelaki
itu akhirnya memenangi pertengkaran itu. Akhirnya iblis menyerah sambil meminta
ampun. Walaupun dari segi zahir dia sudah kalah, tetapi didalam hatinya dia
tetap mencoba untuk menghalangi laki-laki tersebut dari melakukan pekerjaannya.
Sambil menahan kesakitan laki-laki itu berkata: “Tuan
maafkanlah atas kekasaran yang saya lakukan tadi, saya tidak akan menghalangi
tuan lagi.begini saja tuan, hari ini tuan pulang saja dulu tanpa menebang pohon
itu saya berjanji, nanti sehabis tuan solat subuh setiap hari, dibawah sajadah
tuan aku sediakan uang emas sebanyak empat dinar. Pulanglah dulu aku berjanji.
Mendengar janji si iblis dengan uang empat dinar itu,
lunturlah semangat lelaki tadi untuk menebang pohon tersebut. Lalu dia pulang
kerumah dan menceritakan peristiwa tersebut kepada isterinya, mereka berdua
terbayang – bayang akan uang emas yang akan di berikan iblis tadi. Tentunya
dengan uang sebanyak itu setiap hari kehidupan mereka yang miskin akan berubah
kelak nanti, dan pasti mereka akan kaya, “dalam hati mereka”.
Dia tidak menyadari bahwa semuanya itu adalah rencana iblis
untuk mematahkan niatnya menghalang kesyirikan dan kemungkaran yang berlaku di
dalam masyarakatnya.
Pada ke esokan harinya, ketika lelaki tersebut selesai
mengerjakan sembahyang subuh, lelaki itu langsung meliahat dibawah sajadahnya.
Rupanya memang benar yang dijanjikan si iblis itu. Lalu dia memberitahu
isterinya dan mereka berdua sangat bergembira.
Begitulah pada hari kedua dan ke tiga uang emas itu tetap
ada dibawah sajadahnya ketika selesai sembahyang subuh. Lelaki itu dan
isterinya semakin hari semakin memboros membelanjakannya tanpa berfikir
panjang. Mereka menyangka akan memperoleh uang tersebut stiap hari. Tetapi pada
hari ke empat mereka mulai kecewa disaat mereka meliahat dibawah sajadahnya,
ternyata uang itu tidak ada, isterinya mulai sibuk karena merasa bahwa mereka
telah tertipu.
Dengan suara kecewa lelaki itu berkata untuk menenangkan
hatinya: “jangan engkau khawatir, mungkin besok kita akan mendapat delapan
keping sekaligus.”
Namun mereka begitu kecewa karena uang yang mereka inginkan
tetap tidak lagi, ini meneyabkan isterinya marah sambil berteriak: “penipu,
ambil kapakmu dan pergilah tebang pohon itu.”
“ya, berani dia menipu kita. Akan aku tebang pohon itu hari
ini juga. Akan aku musnahkan pohon itu sampai ke akarnya. Biar membuatku puas.”
Jawab lelaki itu.
Lelaki itu lalu mengambil kapaknya kemudian diasah setajam –
tajamnya. Setelah itu dengan penuh semangat dia menuju ketempat pohon besar
itu. Dipertengahan jalan, lelaki iblis itu menghalang sekali lagi
perjalanannya. Iblis itu berkata: “mau kemana kamu dengan kapak itu ?”
“aku mau menebang pohon itu”, jawab lelaki itu penuh
keberanian.
“lebih baik kamu lupakan saja niat kamu itu.” Kata iblis
tersebut.
“ahh, kau tidak akan termakan lagi dengan kata – kata mu
itu. Kamu penipu.” Marah lelaki itu kepada si iblis.
Setelah keduanya saling bertengkar yang tidak ada
penyelesaian, maka terjadilah perkelahian kembali yang hebat antara mereka.
Namun begitu keputusan, sebaliknya dulu dimana lelaki itu yang menang tetapi
kini giliran si iblis yang mengambil kemenangan.
Dalam kesakitan akibat perkelahian mereka, lelaki itu tadi
bertanya dengan penuh keheranan:” Kenapa dahulu dengan mudah aku dapat
mengalahkanmu, tapi mengapa pula sekarang giliran aku yang kalah kepadamu.”
Si iblis itu tertawa terbahak – bahak sambil berkata:”
dahulu memang aku tidak mampu mengalahkanmu, karena waktu itu engkau berniat
memotong pohon itu karena Allah. Akan tetapi pada kali ini niat mu semata
hanyalah karena uang sahaja. Sudah tentulah kali ini Allah tidak lagi
membantumu. Lebih baik engkau pulang saja sebelum aku membunuh mu.
Mendengar penjelasan
dari si iblis demikian, lelaki yang tadi terdiam dalam kebingungan. Sekarang
dia baru sadar akan kesalahan dan niat yang dia lakukan yang begitu mudah
berubah hanya karena sedikit harta.
Dengan keadaan lemah dan terhoyong – hoyong ia pulang
kerumahnya. Niatnya yang tadi ingin menebang pohon besar itu di tunda terlebih
dahulu. Diapun sadar bahwa perjuangannya sekarang adalah tanpa keikhlasan
karena Allah. Niatnya hanya karena harta semata. Dia akan meneruskan niatnya
itu apabila hatinya sudah tekad karena Allah nanti.
. . . Kalau ada yang salah bahasa(penulisan) jangan lupa diberi komentar sobat J . . .
Sekian. . . . J
Sumber: Othman Ramli
penulis : Hamba Allah
0 Response to "Perkelahian Lelaki Dengan Iblis"
Post a Comment